Study Banding MKKS Banyuasin

Minggu, 23 Oktober 2011

Pendidikan Karakter

Dalam pendidikan karakter, Thomas Lickona (1992) menekankan pentingnya tiga komponen karakter yang baik (components of good character) yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang moral dan moral action atau perbuatan bermoral. Komponen-komponen tersebut diuraikan sebagai berikut.
Pertama, Pengetahuan Moral. Ada enam aspek yang menjadi orientasi dari moral knowing yaitu : 1) kesadaran terhadap moral (moral awareness), 2) pengetahuan terhadap nilai moral (knowing moral values), 3) mengambil sikap pandangan (perspective taking), 4) memberikan penalaran moral (moral reasoning), 5) membuat keputusan (decision making), dan 6) menjadikan pengetahuan sebagai miliknya (self knowledge).
Kedua, Perasaan tentang Moral. Ada enam aspek yang menjadi orientasi dari moral feeling yaitu: 1) kata hati/suara hati (conscience, 2) harga diri (self esteem), 3) empati (emphaty), 4) mencintai kebajikan (loving the good), 5) pengedalian diri (self control), dan 6) kerendahan hati (humility).
Ketiga, Perbuatan/Tindakan Moral. Ada tiga aspek yang menjadi indikator dari moral action, yaitu: 1) kompetensi (competence), 2) keinginan (will), 3) kebiasaan (habit).
Dengan demikian, pendidikan Karakter merupakan proses pemberian tuntunan peserta/anak didik agar menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Peserta didik diharapkan memiliki karakter yang baik meliputi kejujuran, tanggung jawab, cerdas, bersih dan sehat, peduli, dan kreatif. Karakter tersebut diharapkan menjadi kepribadian utuh yang mencerminkan keselarasan dan keharmonisan dari olah HATI (kejujuran dan rasa tanggung jawab), PIKIR (kecerdasan), RAGA (kesehatan dan kebersihan), serta RASA (kepedulian) dan KARSA (keahlian dan kreativitas).

Selasa, 18 Oktober 2011

Tahun 2012 Kemendiknas lakukan Penilaian Kinerja Guru

Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Pendidikan Nasional mulai tahun 2012 akan melakukan penilaian kinerja guru sebagai upaya mendapatkan guru-guru berkualitas dan berprestasi yang layak memperoleh penghargaan dalam bentuk sertifikasi dan tunjangan satu kali gaji.

"Program sertifikasi sudah dimulai sejak 2005 dan selama ini guru yang lolos proses sertifikasi melalui penilaian porto folio mendapat tunjangan satu kali gaji pokok, namun kenyataannya sertifikasi tersebut tidak memberikan dampak signifikan terhadap kinerja guru dalam kegiatan belajar mengajar," kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMP dan PMP) Kemdiknas Syawal Gultom, di Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan hasil penelitian yang dilakukan Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), pascaprogram pemberian sertifikasi guru melalui penilaian porto folio sejak tahun 2005 lalu tidak memberi dampak besar terhadap perubahan kultur di sekolah menjadi lebih baik, kinerja guru dalam mengajar di kelas, dan peningkatan kemampuan siswa.

Padahal, ujarnya, biaya yang sudah dikeluarkan pemerintah sangat besar untuk membayar tunjangan sebanyak 734.000 guru yang telah memiliki sertifikasi profesi dari total sebanyak 2,7 juta guru lebih di Indonesia. Tahun 2012 pemerintah telah menyiapkan lebih dari Rp30 triliun untuk membayar tunjangan profesi guru.

Oleh karena itu, Kemdiknas mencari cara supaya guru bisa mengubah kinerja pasca sertifikasi dan mulai tahun depan pihaknya akan merancang peraturan menteri (permen) yang akan mengukur standar kompetensi guru.

Pendataan dilakukan secara online dimana data dikirim berjenjang dari sekolah, dinas kabupaten/kota, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) hingga ke Kemdiknas. "Akan diketahui, berapa bulan atau tahun tunjangannya ditunda," katanya.

Dari data dalam jaringan (online) tersebut guru dapat melihat apakah dirinya sudah memenuhi kriteria sertifikasi atau tidak. Melalui sistem komputerisasi yang ada, jelasnya, para guru itu juga akan dievalusi kinerjanya. Ada empat indikator evaluasi yakni kepribadian, pedagogi (pemahaman ilmu yang diajarkan), sosial dan keprofesionalitasan guru. nantinya, standar kriteria sama secara nasional namun skor dimasing-masing daerah berbeda.

Penilaian juga akan dilakukan kepala sekolah dan guru senior di sekolah masing-masing. Keduanya juga akan didampingi oleh 332.000 asesor yang anggotanya terdiri dari anggota LPMP, pengawas sekolah, kepsek, guru berprestasi dan asosiasi profesi. "Guru yang menjadi pengawas bisa didapat dari guru menurut lamanya dia mengajar, berprestasi, kepangkatan ataupun karya dan penghargaan apa yang sudah diraih," katanya.

Lebih lanjut Syawal mengatakan sebagai implikasi dari program penilaian kinerja pada tahun 2012, maka berimplikasi pada rencana penundaan pembayaran tunjangan guru yang kinerjanya tidak sesuai kompetensi.

Syawal mengatakan penundaan pembayaran tunjangan profesi ini pastinya akan menuai gejolak. "Namun kepada siapapun yang menolak, Kemdiknas akan membalikkan pandangan mereka dimana dulu mereka setuju status guru sebagai profesi dengan standar gaji yang baik namun dibalik kelebihan itu ada standar kompetensi yang harus dicapai".

Sosialisasi mengenai hal ini sudah dilakukan sejak diterbitkannya Permenag PAN dan RB no 16/2009 tentang Penilaian Kinerja Guru. Sambil berjalan sosialisasi, ujarnya Kemdiknas juga akan menyiapkan modul agar kompetensi mereka dapat mencapai indeks nilai yang disyaratkan.

Pendidikan Karakter

Akhir-akhir ini persoalan budaya dan karakter bangsa menjadi perbincangan hangat di negara kita baik dalam berbagai tulisan di media cetak, wawancara, dialog, dan gelar wicara di media elektronik. Selain di media massa, para pemuka masyarakat, para ahli, para pengamat pendidikan, dan pengamat sosial berbicara mengenai persoalan budaya dan karakter bangsa di berbagai forum seminar, baik pada tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Perbincangan itu berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan, perkelahian massa, kehidupan ekonomi yang konsumtif, kehidupan politik yang tidak produktif, dan lain sebagainya.
Dari waktu ke waktu memang terasa melemahnya sendi-sendi kehidupan bangsa kita yang dahulu dikenal sebagai bangsa yang besar dan memiliki budaya dan kepribadian yang kental dengan nilai dan norma. Budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan manusia yang dihasilkan masyarakat. Sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan itu adalah hasil dari interaksi manusia dengan sesamanya dan lingkungan alamnya. Sistem berpikir, nilai, moral, norma dan keyakinan itu digunakan dalam kehidupan manusia dan menghasilkan sistem sosial, sistem ekonomi, sistem kepercayaan, sistem pengetahuan, teknologi, seni, dan sebagainya. Manusia sebagai makhluk sosial menjadi penghasil sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan, yang semua itu diterapkan dalam interaksi dengan sesama manusia dan alam kehidupan. Ketika kehidupan manusia terus berkembang, maka yang berkembang sesungguhnya adalah sistem sosial, sistem ekonomi, sistem kepercayaan, ilmu, teknologi, serta seni.
Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa.
Akan tetapi belakangan ini budaya dan karakter bangsa ini semakin memudar. Fenomena yang disebutkan di atas mengindikasikan semakin terdegradasinya karakter generasi muda, kian lunturnya budaya nasional, semakin terpuruknya kehidupan berbangsa dan bernegara, kurang terakomodasinya pendidikan karakter bangsa dalam pendidikan formal, nonformal, dan informal, dan kurang efektifnya implementasi amanat perundang-undangan.
Kondisi tersebut tentu tidak mungkin akan dibiarkan berlarut-larut. Kita perlu mencari berbagai alternatif lain yang diharapkan mampu mengatasi, paling tidak mengurangi masalah budaya dan karakter bangsa. Salah satu dari alternatif itu adalah pendidikan. Pendidikan merupakan upaya terencana dalam mengembangkan potensi peserta didik, sehingga mereka memiliki sistem berpikir, nilai, moral, dan keyakinan yang diwariskan masyarakatnya dan mengembangkan warisan tersebut ke arah yang sesuai untuk kehidupan masa kini dan masa mendatang. Pendidikan dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif, karena pendidikan membangun generasi baru bangsa yang lebih baik. Sebagai alternatif yang bersifat preventif, pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa. Memang diakui bahwa hasil dari pendidikan akan terlihat dampaknya dalam waktu yang tidak segera, tetapi memiliki daya tahan dan dampak yang kuat di masyarakat.
Unsur yang sangat penting dalam pendidikan itu adalah kurikulum (Curriculum is the Heart of Education). Oleh karena itu, sudah seharusnya kurikulum, saat ini, memberikan perhatian yang lebih besar pada pendidikan budaya dan karakter bangsa dibandingkan kurikulum masa sebelumnya.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan; “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Tujuan pendidikan nasional itu merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu, rumusan tujuan pendidikan nasional harus menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Artinya, pengembangan budaya dan karakter bangsa hanya dapat dilakukan dalam suatu proses pendidikan dengan memperhatikan lingkungan sosial,budaya masyarakat, dan budaya bangsa. Lingkungan sosial dan budaya bangsa itu adalah Pancasila. Jadi, pendidikan budaya dan karakter bangsa haruslah berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Dengan kata lain, mendidik budaya dan karakter bangsa adalah mengembangkan nilai-nilai Pancasila pada diri peserta didik melalui pendidikan hati, otak, dan fisik.
Dalam proses pendidikan budaya dan karakter bangsa, secara aktif peserta didik mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses internalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat.
Berdasarkan pengertian budaya, karakter bangsa, dan pendidikan yang telah dikemukakan di atas maka pendidikan budaya dan karakter bangsa dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warganegara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif .
Atas dasar pemikiran itu, pengembangan pendidikan budaya dan karakter sangat strategis bagi keberlangsungan dan keunggulan bangsa di masa mendatang. Pengembangan itu harus dilakukan melalui perencanaan yang baik, pendekatan yang sesuai, dan metode belajar serta pembelajaran yang efektif. Sesuai dengan sifat suatu nilai, pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah usaha bersama sekolah; oleh karenanya harus dilakukan secara bersama oleh semua guru dan pemimpin sekolah, melalui semua mata pelajaran, dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya sekolah.
Sehubungan dengan itu sejak awal tahun pembelajaran 2011/ 2012 telah dicanangkan pelaksanaan Pendidikan Karakter Bangsa di setiap sekolah yang ada di Kabupaten Banyuasin baik jenjang pendidikan dasar maupun menengah. Namun hingga saat ini pelaksanaan Pendidikan Karakter Bangsa itu  belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. Hal ini antara lain disebabkan oleh belum meratanya sosialisasi, dan belum adanya keseragaman pemahaman tentang teknis pelaksanaan Pendidikan Karakter Bangsa di sekolah oleh warga sekolah, baik di kalangan kepala sekolah, pendidik maupun peserta didik. 

Rabu, 05 Oktober 2011

Sejarah

MKKS SMA Banyuasin berdiri pada tahun 2004 dengan ketua MKKS Drs. Sutarman Kepala SMA Negeri 1 Betung. Pada Tahun 2006 Kepengurusan MKKS diadakan pemilihan  terpilih Ketua MKKS Drs. Sofran Nurozi, S.Pd.,MM Kepala SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III Sekretaris Harun Samsudin, S.Pd.,MM Kepala SMA Negeri 1 Betung dan Bendahara Ahmad Rosidi, S.Pd.Kepala SMA Negeri 1 Pulau Rimau
Pada Tahun 2008 Diadakan Pergantian pengurus antar waktu karena H. Harun Samsudin, S.Pd.,MM diangkat menjadi Kabid Pendidikan Lanjutan Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuasin dan Ahmad Rosidi, S.Pd Meninggal Dunia. Pada pergantian antar waktu Ketua drs. Sofran Nurozi, S.Pd.,MM Kepala SMA Plus Negeri 2 Banyuasin Sekretaris Agus Suherwan, S.Pd Kepala SMA Negeri 1 Betung dan Bendahara Dra. Dainawaty Kepala SMA Negeri 1 Tanjung Lago.
Sejak Tahun 2007 s.d Tahun 2011 MKKS SMA Banyuasin Telah melaksanakan beberapa kegiatan antara lain
1. Waorlshop Manajemen Kepala Sekolah
2. Workshop supervis Kepala Sekolah
3. Bintek Penyusunan Dokumen 1 KTSP
4. Membentuk MGMP
5. Study Banding ke Jakarta, Bandung, Yogjakarta, Padang, Medan, Malaysia, Singapore dan Thailand

informasi SK tunjangan sertifikasi

informasi SK Tunjangan Sertifikasi
1. klik gambar

    2. pilih guru
    3. masukkan NUPTK atau No Peserta Sertifikasi
    4.Cari
semoga berhasil

Visi Misi dan Tujuan

VISI
“MKKS SMA Kabupaten Banyuasin sebagai MKKS terdepan dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan di Kabupaten Banyuasin”
MISI
  1. Meningkatkan profesionalisme seluruh komponen sekolah
  2. Meningkatkan kualitas pendidikan di tingkat SMA Kabupaten Banyuasin
  3. Memperkokoh jalinan kerjasama antar sekolah, baik intern maupun ekstern
  4. Sebagai parter kerja terdepan dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuasin
  5. Berperan aktif sebagai mitra pemerintah daerah dalam pembangunan
TUJUAN
1.       Memperluas wawasan dan pengetahuan kepala sekolah dalam upaya mewujudkan kepala sekolah efektif dan sekolah yang sukses dengan memanfaatkan sumber belajar dan sarana prasarana pendidikan yang dimiliki sekolah secara optimal.
2.       Mengembangkan kepala sekolah dengan mengimplementasikan ide-ide pembaruan sekolah.
3.       Mengembangkan kultur sekolah yang kondusif dan mampu menciptakan suasana pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM), dan CTL
4.       Menciptakan peran serta masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah

Minggu, 02 Oktober 2011

Anggota MKKS

DAFTAR ANGGOTA MKKS SMA
KABUPATEN BANYUASIN
TAHUN PELAJARAN 2011/2012

NO
NAMA
NAMA SEKOLAH
1
Drs. Sofran Nurozi, S.Pd.,MM
SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III
2
Sulaiman, S.Pd
SMA Negeri 1 Banyuasin III
3
Hamdani, S.Pd
SMA Negeri 3 Banyuasin III
4
Drs. H. Syaharuddin. HR
SMA Sanudin Pkl. Balai Banyuasin III
5
Syafrudin Ani, S.Pd
SMA Al-Mashri Pkl. Balai BA III
6
Asmuniri, S.Pd
SMA PGRI Pulau Harapan Banyuasin III
7
Drs. H. Karim
SMA Karya Sembawa Banyuasin III
8
Rustam Dermawan, S.Pd., MM
SMA Negeri 1 Talang Kelapa
9
Drs. H. M Basir Kimin
SMA Bina Mandiri Sukajadi tl. Kelapa
10
Drs. P. Siagian, MM
SMA Methoidist 4 Talang Kelapa
11
Agus Syahruddin, S.Pd
SMA Sandika Sukajadi Tl. Kelapa
12
Agus Suherwan, S.Pd
SMA Negeri1 Betung
13
Drs. Syajari
SMA PGRI Betung
14
Mujiono, S.Pd
SMA Satria Nusantara Betung
15
Alamsyah
SMA Bina Taruna Betung
16
Maryatul kiptiah, S.Ag
SMA Bina Nusa Betung
17
Habrin, S.Pd
SMA Negeri 1 Pulau Rimau
18
Drs. Edi Junaidi
SMA Negeri 2 Pulau Rimau
19
Supardi
SMA Puriyanda Air Senda Pulau Rimau
20
Hasmaruddin, S.Pd
SMA Darul  Mutaqqin Pulau Rimau
21
Mughri H. Abdullah, S.Pd.I
SMA Negeri 1 Rantau Bayur
22
Dra. Dainawaty
SMA Negeri 1 Tanjung Lago
23
Syamsu, S.Pd
SMA Al Ikhsan Tanjung Lago
24
Drs. Taufik
SMA Negeri 1 Banyuasin I
25
Didin Herdiansah, S.Pd
SMA YP. Mantra Marianan Banyuasin I
26
Siti Marsidah, S.Pd
SMA Puspita Cinta Manis Banyuasin I
27
Karimudin, A.Md
SMA Darma Agung Banyuasin I
28
Sugiyanto, A.Ma. Pd
 SMA Bima Bangsa Banyuasin I
29
Drs. Ahmad Zainuri
SMA Negeri 1 Banyuasin II
30
Drs. Jodi Abdul Hamid
SMA Negeri 1 Makarti Jaya
31
Budiyono, S.Pd
SMA Muhammadyah Makarti Jaya
32
Ika Yuli Rokhmahwati, S.Pd
SMA Bhakti Bangsa Air Saleh
33
Zainal Abidin, S.Pd.I
SMA Ad Dzikr Makarti Jaya
34
Budiyono, S.Pd
SMA Muhammadiyah Makarti Jaya
35
Drs. Budiyanto
SMA Negeri 1 Muara Padang
36
Drs. Tumino
SMA Muhammadyah I Muara Padang
37
Drs. Jumarno
SMA Negeri 1 Muara Telang
38
Sobri Hanafiah, S.Sos. MM
SMA Bina Muda Muara Telang
39
H. Amriadi, S.Ip
SMA Widya Darma Muara Telang
40
Mulyadi, S.Pd
SMA Negeri 1 Rambutan
41
Mahyudin Ilyas, SE. MM
SMA Mardhatillah Rambutan
42
Fauzi, S.Pd
SMA Negeri 1 Muara Sugihan
43
Syamsul Huda, SH.I
SMA Darul Abror Muara Sugihan
44
Drs. Tumino
SMA Negeri 1 Tungkal Ilir
45
Ir. Purwanto
SMA Pratama Putra KAI Tungkal Ilir


                                                                                  Pangkalan Balai, 14 September 2011

Ketua MKKS                                                                Sekretaris MKKS,
Kabupaten Banyuasin,




Drs. Sofran Nurozi, S.Pd.,MM                                   AGUS SUHERWAN, S.Pd
NIP 19641007198601 1 003                                          NIP. 19650825 198903 1, 005